Skip to main content

FINANSIAL : MELIHAT AKSI PARA MILIUNER DIBALIK GONCANGNYA EKONOMI DUNIA



Merugi Hingga 5,43 Ribu Triliun
Kondisi geopolitik yang masih terus memanas hingga kini membuat ekonomi dunia benar – benar terguncang. Tidak sedikit yang terkena dampaknya, mulai dari masyarakat pada umumnya terkait kenaikan harga dan PHK serta ketersediaan lapangan pekerjaan, juga para pelaku bisnis atau usaha yang menekan angka penjualan, kehilangan pasar dan biaya yang membengkak.


Tak terkecuali para miliuner diseluruh dunia yang kehilangan uangnya dalam jumlah yang tidak sedikit. Menurut UBS/Pwc Billionaires Report, nilai kekayaan miliuner dunia jatuh sebesar US $8,539 triliun US dolar atau  sekitar Rp 5,43 kuadriliun (Rp 14.000 per dolar AS) pada tahun 2018, penurunan pertama dalam satu dekade. Penurunan kekayaan yang paling tajam tercatat di Cina, tempat tinggal terbesar kedua bagi para miliuner dunia setelah Amerika Serikat (AS) serta kawasan Asia Pasifik. Sekitar 12,8% penurunan kekayaan para miliuner dalam USD di Cina akibat penurunan pasar keuangan.


Berbagai kekawatiran seputar berbagai konflik dan isu global yang menimbulkan resiko ketidakpastian (uncertainty risk) membuat para pelaku usaha termasuk di dalamnya para miliuner dunia lebih berhati – hati dalam memanfaatkan dana mereka sehingga mereka lebih banyak menyimpan uangnya atau memegang uang kas daripada mengalokasikan uangnya di berbagai sumber. Apakah ini pertanda resesi akan kembali terjadi setelah tahun 2008?. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Yang jelas, bukan tanpa alasan para miliuner dunia lebih memilih dan memutuskan untuk memegang uang tunai.


Yang bisa kita ambil pelajarannya ialah selalu “sedia payung sebelum hujan.”.  Artinya, selalu berhati – hati dan bijak dalam mengelola uang atau aset yang kita miliki. Terlebih kita orang Indonesia yang umumnya “nunggu kejadian, baru bertindak”. Kurangi pengeluaran yang tidak perlu dan mulai mencari penghasilan dari sumber lain merupakan strategi dan rencana yang baik dalam menyikapi kondisi ekonomi yang sedang goncang dan penuh ketidakpastian.

Comments

Popular posts from this blog

AKUNTANSI BIAYA : PENCATATAN BAHAN SISA (SCRAP)

A.   Bahan Sisa ( Scrap ) Scrap merupakan bahan baku sisa, terdiri dari bahan baku sisa atau tertinggal sewaktu pelaksanaan proses produksi dan bahan baku cacat atau bahan baku yang rusak karena kecerobohan atau kealaian karyawan. Bahan baku sisa yang mempunyai nilai ekonomis sebaiknya disimpan dan dikumpulkan walaupun tidak ada biaya yang dibebankan ke persediaan bahan baku sisa tersebut. Hasil dari penjualan persediaan bahan baku sisa dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara. Misalnya, sebagai penambah penjualan, berubah penjualan bahan baku sisa atau bahan sisa hasil dari manufaktur produk. Contohnya seperti panjang dan pendek dari operasi kayu, tepi dari operasi plastik molding , dan usang kain serta akhir pemotongan dari operasi sesuai keputusan. Scrap terkadang dapat dijual dengan jumlah yang relatif kecil. Dalam arti bahwa memo mirip dengan produk sampingan. Letak perbedaannya ialah memo muncul sebagai sisa dari manufaktur proses dan bukan merupak

ANALISIS DAN PERSPEKTIF : CARA ANALISIS YIELD CURVE BESERTA INTERPRETASINYA

A.   Mengenal Yield Curve Sebelum melanjutkan, sebagai penulis ingin mengingatkan untuk tidak ikut andil dalam pemberian dan penerimaan return yang satu ini sebab keharamannya . Akan tetapi, menurut penulis cukup di ambil ilmunya saja untuk dimanfaatkan dalam proses analisa ekonomi terkait kepentingan tertentu lainnya yang tidak melanggar syariat ya. Yield curve merupakan suatu kurva atau grafik yang memberikan informasi kepada para stakeholder terkait indikasi return dari intrumen keuangan bond (obligasi), bukan James bon ya. Hehe. Secara lebih teknis, Robert Ang (1995) menjelaskan yield curve   adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara term to maturity dan yield to maturity suatu obligasi. Term to maturity (TTM) merupakan masa sisa hidup suatu obligasi, sedangkan yield to maturity (YTM) seperti yang kita ketahui merupakan tingkat yield (hasil) yang berlaku dipasar (Robert Ang, 1995). Angka Yield ini pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu :

ANGGARAN PERUSAHAAN : ANGGARAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

A.   Definisi Anggaran Tenaga Kerja Langsung Anggaran tenaga kerja langsung merupakan perencanaan rinci mengenai biaya tenaga kerja langsung yang akan dibayarkan dn disusun berdasarkan departemen produksi untuk periode yang akan datang. Untuk kepentingan penyusunan anggaran dan perhitungan harga pokok maka tenaga kerja dibedakan dalam dua jenis tenaga kerja, yaitu : 1. Tenaga kerja langsung ( direct labor ), yaitu tenaga kerja yang mana kegiatannya berhubungan langsung dengan produk akhir yang dihasilkan atau terlibat langsung langsung dalam proses produksi. Umumnya, biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja langsung ini bersifat variabel. 2.   Tenaga kerja tidak langsung ( indirect labor ), yaitu tenaga kerja yang kegiatannya tidak langsung berhubungan atau tidak terlibat lansung dalam proses produksi. Umumnya, biaya yang berhubungan dengan indirect labor ini bersifat semivariabel. B.   Faktor Yang Mempengaruhi Anggaran tenaga kerja ini disusun dengan